alodunia.com – Keterlibatan
Amerika dalam menciptakan musuh-musuh boneka bagi dunia Barat sudah bukan
rahasia lagi. Musuh boneka itu dijadikan alasan untuk memerangi umat ataupun
negara Islam yang sedang bangkit.
Dulu ada Al-Qaida yang dijadikan alasan untuk
menyerang Afghanistan dan Irak pasca serangan 11 September 2001. Sekarang Amerika
bekerja sama dengan Iran, Irak, dan Suriah menciptakan ISIS untuk menekan
gerakan revolusi rakyat Suriah, dan menghambat laju perkembangan dan keislaman Turki
di bawah kepemimpinan Erdogan.
Banyak sekali bukti yang menguatkan
keterlibatan pemerintah Iran, Irak, dan Suriah dalam menciptakan musuh baru
bernama ISIS. Bashar Al-Asad membebaskan tokoh-tokoh Islam yang sebelumnya
dituduh sebagai teroris bersamaan dengan pecahnya gerakan menuntut reformasi di
Suriah. Pasukan Irak juga mundur dari sebuah provinsi besar seperti Mosul, seakan
sedang menyerahkannya kepada ISIS bulat-bulat dengan segala peralatan
perangnya.
Sementara perang yang dilakukan koalisi
internasional pimpinan Amerika terlihat tidak serius dalam memberantas ISIS.
Bahkan beberapa kali terkesan mendukung ISIS agar tetap hidup hingga semua
tujuan penciptaannya tercapai.
Selain menggagalkan revolusi di Suriah, tujuan
lain dihadirkannya ISIS adalah untuk menggagalkan Turki Erdogan yang kebetulan
juga mendukung adanya perbaikan di Suriah. Karena Erdogan juga bertekad untuk
memperjelas identitas keislaman negara yang bersentuhan langsung dengan benua
Eropa ini. Yang lebih menjengkelkan, di masa kepemimpinannya, negara yang lama
terpuruk ini mengalami kebangkitan ekonomi yang bisa mengancam kepentingan
negara-negara Barat.
Saat terjadinya kudeta yang akhirnya berhasil
digagalkan, para pejabat Turki hanya menyinggung Paman Sam yang melindungi Fethullah
Gulen, kemudian memberikan dukungan kepada Partai Kurdistan yang selama ini menjadi
musuh besar kesatuan Turki. Namun kali ini, Turki secara jelas menuduh Amerika
mendukung terorisme, dan menyatakan telah memiliki bukti-bukti keterlibatan
Amerika tersebut. Pernyataan ini tentu telah membuka kedok Amerika yang selama
ini mengklaim sedang memimpin perang melawan terorisme.
Di antara pejabat yang dengan nyata menuduh
Amerika adalah presiden Turki sendiri, Recep Tayyip Erdogan, yang menyatakan
beberapa hari ini, “Kami memiliki bukti-bukti yang menguatkan bahwa pasukan
koalisi pimpinan Amerika Serikat memberikan dukungan kepada ISIS, pasukan Unit
Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), dan Partai
Persatuan Demokrasi (DUP) di Suriah.”
Tidak hanya itu, Erdogan juga mengritik NATO
dalam menyikapi ancaman-ancaman yang berasal dari Suriah. Karena Turki juga
salah satu anggota NATO, “NATO yang menonton Turki yang seluruh perbatasannya
diancam dari Suriah. Sekarang, NATO juga tidak membantu operasi kami
membebaskan Al-Bab. Tidak hanya NATO saja, tapi juga negara-negara yang
pasukannya ada di kawasan dan menjadi sekutu Turki.”
Erdogan bertanya, “Sebenarnya, yang menjadi
sekutu kalian itu Turki atau organisasi-organisasi teroris separatis itu?
Bagaimana mungkin kalian mendukung organisasi-organisasi yang kalian sendiri
mengatakannya sebagai teroris? Ini sama sekali tidak masuk akal.”
Erdogan kembali menekankan, “Amerika benar-benar
mendukung organisasi-organisasi teroris separatis, dan menolak untuk mendukung
Turki. Padahal kita adalah sekutu karena sama-sama anggota NATO.”
Hal yang sama disampaikan oleh menteri
pertahanan Turki, Fikri IŞIK, “Politik Amerika yang dilakukan dalam krisis
Suriah adalah contoh kegagalan yang sangat mengecewakan. Kalian yang membentuk
koalisi internasional untuk memerangi ISIS, lalu kenapa kalian tidak mendukung
ketika kami membutuhkan kalian saat menghadapi ISIS?”
Bukan hanya menuduh Amerika terlibat dalam
mendukung ISIS, Turki juga mengisyaratkan sebuah ancaman menutup pangkalan
udara Incirlik bagi NATO dan Amerika, “Pangkalan udara Incirlik adalah milik
Turki, dan bukan milik NATO. Pemakaiannya harus seizin Turki. Keputusan final
terkait Incirlik berada di tangan Turki.”
Sikap dan pernyataan Turki sudah sangat keras, tapi
tidak banyak mengubah sikap Amerika dan Barat terhadap Turki dan negara-negara Islam.
Tapi setidaknya, telah terungkap wajah asli negara yang mengklain sebagai yang
terkuat di dunia, ternyata tidak bisa diandalkan karena membawa malapetaka bagi
umat Islam. Bagaimana mungkin orang yang menyalakan api diminta untuk mematikannya?
(almoslim/alodunia.com)
Penulis: Dr. Ziad El-Chami
Penulis: Dr. Ziad El-Chami