alodunia.com (Jakarta )- Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengutuk keras kunjungan anggota Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
MUI. Lembaga ini mengklarifikasi bahwa kehadiran ini bukan mewakili MUI secara
kelembagaan.
Ketua MUI bidang Luar Negeri KH Muhyidin Junaidi membenarkan
kehadiran orang Indonesia, yang di antaranya adalah anggota Komisi Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga MUI di Yerusalem atas undangan Presiden Israel Reuven
Rivlin. Tapi, ia menegaskan, mereka hadir tak mewakili MUI secara lembaga.
MUI jelas mengutuk sekeras kerasnya kunjungan tersebut atas nama apa pun, kata dia kepada Republika.co.id, Kamis (19/1).
Apalagi, kata dia, jika salah satu yang hadir itu Prof
Istibsyarah sebagai ketua Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga MUI Pusat.
Seharusnya beliau paham posisi MUI dan Indonesia tentang Palestina, kata dia.
Terlebih kondisi sekarang, Yahudi dunia sudah di atas angin
akibat sikap Donald Trump yang akan memindahkan kedubes Amerika ke Yerusalem.
Sebagaimana klaim Israel bahwa ibu kota mereka pindah dari Tel Aviv ke
Yerusalem.
Atas langkah Prof Istibsyarah tersebut, Muhyidin meminta ada
baiknya yang bersangkutan sebaiknya mengundurkan diri dari jabatan ketua Komisi
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga MUI, sebelum pimpinan MUI yang mengambil
keputusan. "Itu lebih baik demi muruah MUI dan Indonesia," kata dia.
Sumber: Republika