alodunia.com (Washington) – Pemerintah Amerika
Serikat menyatakan telah memulai membahas bagaimana melaksanakan janji kampanye
Presiden Donald Trump untuk memindahkan kantor kedutaan besarnya dari Tel Aviv
ke kota Al-Quds. Seperti diberitakan Aljazeera, Senin/22-1-2017 hari ini.
Gerakan perlawanan Islam di Palestina (HAMAS) menanggapi hal
itu dengan menyatakan bahwa langkah Amerika ini sama sekali tidak membantu
tercapainya perdamaian di Timur Tengah.
Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, kemarin, berkomentar,
“Kami terlalu dini membicarakan masalah ini.” Spicer mengomentari media-media
Israel yang memberitakan bahwa birokrasi pemindahan kantor kedubes Amerika ke
Al-Quds sudah benar-benar dimulai.
Sementara itu, juru bicara HAMAS, Mousa Abu Marzook,
mengatakan, “Perdamaian di Timur Tengah akan semakin sulit terwujud. Langkah Trump
terkait Palestina akan mendorong Israel untuk melakukan hal-hal yang lebih ekstrem
lagi.”
Abu Marzook menambahkan, “Pemindahan kantor kedubes itu
sangat berbahaya. Apalagi dilakukan sebuah negara sebesar Amerika Serikat.”
Ternyata tidak hanya HAMAS yang bersikap demikian. Dalam
keterangan persnya yang terbit Sabtu kemarin, Persatuan Ulama Muslim Sedunia
(IUMS) memperingatkan Amerika akan bahaya yang sangat besar dari tindakannya
ini. Bahkan IUMS menyeru umat Islam seluruh dunia untuk melakukan perlawanan
membela Palestina.
Bahkan mantan presiden Amerika, Barack Obama, juga memperingatkan
Turmp bahwa pemindahan kedubes ini akan memecahkan situasi di Timur Tengah. Sama
seperti yang disampaikan para pemimpin negara-negara Eropa.
Pemindahan kedubes Amerika ke kota Al-Quds sebenarnya sudah
disetujui Kongres Amerika pada tahun 1995. Tapi setiap 6 bulan, para presiden
Amerika menandatangani keputusan menunda pemindahan tersebut dengan alasan
melindungi kepentingan keamanan nasional Amerika. (aljazeera/alodunia.com)