alodunia.com (Ankara) – Juru bicara istana
kepresidenan Turki, İbrahim Kalın, mengatakan bahwa pembahasan masalah
keanggotaan Turki di Uni Eropa tidak bisa terlepas dari kerangka hubungan Islam
dan Barat. Hal itu disampaikannya pada acara konferensi oleh wakaf Islam Turki,
Sabtu/14-1-2017 kemarin, di Ankara.
Kalın mengatakan, “Sebenarnya, orang-orang Barat belum rela
dan memaafkan orang-orang Turki yang menaklukkan Istanbul. Sampai kapanpun.”
Tentang perkembangan negosiasi terkait Siprus, yang menjadi
sengketa antara Turki dan Yunani, Kalın mengatakan, “Sebenarnya kita bisa
sepakati jalan keluar dari sengketa ini dengan mendirikan sebuah negara yang
terdiri dari dua komponen bangsa. Tapi harus ada jaminan terwujudnya keadilan
dalam representasi politiknya.”
Menurutnya, kemajuan yang dicapai dalam negosiasi tentang
Siprus akan sangat bermanfaat bagi semua pihak. Bagi Turki, Yunani, dan Siprus
sendiri.
Sejak Kamis, dilaksanakan konferensi internasional untuk
membahas sengketa Siprus. Konferensi diselenggarakan dengan sponsor PBB di kota
Jenewa, Swiss. Sekjen PBB, António Guterres yang membuka konferensi tersebut.
Sejak tahun 1974, Siprus terbagi dua. Siprus Turki di bagian
utara, dan Siprus Romawi di bagian selatan. Pada tahun 2004, dilakukan
referendum untuk menyatukan dua bagian Siprus tersebut yang diprakarsai PBB. Dalam
referendum itu, Siprus Turki setuju, sedangkan Siprus Romawi tidak setuju.
(tukeypost/alodunia.com)