alodunia.com – Konon Juha kehilangan sandalnya saat
keluar dari masjid. Juha pun berteriak-teriak mengancam orang-orang yang
dikiranya telah mencuri sandalnya. “Ayo mana sandalku? Kalau tidak ketemu, aku
akan melakukan seperti yang dilakukan ayahku dulu?”
Orang-orang berdatangan dan bertanya tentang apa yang dulu
dilakukan ayahnya. Juha tidak menjawab. Dia hanya mengulangi terus
kata-katanya, “Ayo mana sandalku? Kalau tidak ketemu, aku akan melakukan
seperti yang dilakukan ayahku dulu?” Sampai orang-orang pun ketakutan, lalu ada
yang membawakan sandal yang baru.
Setelah memberikan sandal, orang itu pun bertanya, “Apa yang
dulu dilakukan ayahmu?” Juha menjawab, “Ayahku pulang dengan tanpa alas kaki.” Kisah
jenaka inilah yang kuingat saat mengetahui ancaman juru bicara departemen luar
negeri Iran, Bahram Ghasemi.
Saat mengomentari penyataan Mevlut Cavusoglu dalam Konferensi
Keamanan di Munich, Ghasemi mengatakan, “Kesabaran Iran ada batasnya. Iran tak
selamanya sabar menghadapi tuduhan-tuduhan Turki. Iran tidak suka dengan tuduhan
seperti ini. Tapi Iran akan terus berusaha sabar menghadapinya.”
Ancaman ini dinyatakan untuk menanggapi pernyataan Cavusoglu
bahwa Iran berperan besar dalam merusak stabilitas keamanan di Timur Tengah,
dan berambisi menyebarkan ajaran Syiah di Suriah dan Irak.
Ancaman ini juga untuk merespon pernyataan Presiden Recep
Tayyip Erdogan akhir-akhir ini bahwa rasisme Persia telah secara kejam memanfaatkan
sektarianisme di Timur Tengah untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Hal ini terlihat
sangat jelas oleh siapapun.
Pernyataan pejabat-pejabat Turki ini hanyalah untuk
memperingatkan bahaya Iran di Timur Tengah, seperti telah terjadi di Irak,
Suriah, Libanon, Yaman, dan Bahrain. Apa salahnya? Bahkan sebenarnya Turki
sudah sangat terlambat menyampaikan hal itu kepada umat Islam di beberapa
negara.
Kalau kesabaran Iran ada batasnya, apakah kesabaran
negara-negara yang menjadi korbannya tidak memiliki batas? Atau mereka sama sekali
tidak mempunyai kekuatan untuk melawan? Tentu tidaklah demikian.
Tentang sikap Iran yang kerap mengeluarkan ancaman, sejak
dari dulu Iran juga sudah mengancam Israel dan Amerika. Bahkan sejak terjadinya
Revolusi Khomenei pada tahun 1979. Iran mengancam akan menghapus Israel dari
peta dunia. Ternyata hingga kini, tak satu roket Iran pun jatuh di Israel.
Lalu apakah Iran akan melampiaskan kemarahannya saat
kesabarannya kepada Turki telah habis? Apa yang akan dilakukannya? Memanfaatkan
sektarianisme di Turki? Atau mengirim milisi Syiah untuk melakukan bom teror di
Turki? Sepertinya, semuanya akan berakhir seperti ancaman kepada Israel dan
Amerika. (Turk Press/alodunia.com)
Penulis: Ismail Pasha