alodunia.com (Washington) – Surat kabar The
Washington Post (WP) menyebut Presiden Donald Trump tidak memedulikan bahwa
mayoritas korban terorisme adalah umat Islam. Hal itu disebutkan untuk menjawab
kritikan Trump pada media massa.
Senin, 6/2/2017 yang lalu, Presiden Trump mengritik media
massa kurang dalam meliput aksi-aksi teror, seperti di Paris, Nice, dan
tempat-tempat lain di Eropa.
Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, menjelaskan bahwa maksud
Trump adalah kurangnya media massa dalam meliput aksi-aksi tersebut. Lalu Spicer
juga menunjukkan daftar yang berisi 78 aksi teroris yang terjadi antara bulan
September 2014 hingga Desember 2016.
Selasa kemarin, WP membalas kritikan Presiden Trump
tersebut, “Tampak bahwa daftar ini telah dikumpulkan dengan terburu-buru. Pemilihannya
asal-asalan.” Dalam artikel yang disiapkan oleh Derek Hawkins, dikatakan bahwa
setengah dari aksi-aksi itu hanya menjatuhkan korban luka atau meninggal paling
banyak 2 orang, sehingga tidak mendapatkan perhatian besar dari media.
WP juga menyebutkan, “Beberapa negara yang paling dirugikan
oleh aksi-aksi teror juga tidak disebutkan sama sekali. Sepanjang tahun 2015,
75% korban meninggal terjadi di 5 negara Islam yaitu Afghanistan, Irak,
Nigeria, Paksitan, dan Suriah. Tapi daftar yang dibuat Gedung Putih tidak
menyebutkan hal itu.”
WP menambahkan, “Setengah lebih (60%) dari jumlah korban
meninggal pada aksi-aksi yang terjadi antara tahun 2004 hingga 2013 terjadi di
Afghanistan, Irak dan Suriah.”
Menurut WP, dalam aksi-aksi yang terjadi antara awal tahun
2015 hingga musim panas tahun 2016, jumlah korban meninggal di Timur Tengah dan
Afrika adalah 50 kali lipat jumlah korban meninggal dalam aksi yang sama di
Eropa dan Amerika.
Di Eropa dan Amerika, terjadi 46 aksi dengan jumlah korban
658 orang meninggal. Sedangkan di Timur Tengah dan Afrika terjadi 2.063 aksi
dengan korban 28.031 orang meninggal. “Mayoritas korban meningal dalam
aksi-aksi teror adalah umat Islam, bukan warga Eropa,” demikian WP
berkesimpulan. (aljazeera/alodunia.com)