alodunia.com – Seorang diplomat Iran berkata
kepadaku, “Kalian orang Arab menanam, tapi kami orang Iran yang memanennya. Kalian
yang menjatuhkan Saddam Husein, tapi kami orang Iran yang kemudian menguasai
Irak dengan mudah.”
Sebelum kita menangisi Suriah, Libanon, dan Yaman, marilah
kita melihat kembali bagaimana kita telah menjual Irak, dan menyerahkannya
kepada Iran seperti sajian yang siap dimakan. Sedihnya, setelah Saddam jatuh,
bagaimana Amerika bernegosiasi dengan orang-orang Iran Persia, bukan Arab.
Politik sama dengan alam, tidak boleh ada kekosongan. Orang Iran
melihat Irak tanpa penguasa, maka wajar saja mereka segera merebutnya. Orang Arab
yang sudah bersusah payah mengejar buruan, setelah tertangkap malah Iran yang
menikmatinya. Dalam politik tidak boleh kesal kepada Iran, karena semua menjadi
halal bagi orang yang cerdas. Orang bodoh harus minggir.
Orang yang saat ini menangisi Suriah, Libanon dan Yaman
hendaknya melihat bagaimana orang Arab telah kehilangan salah satu kampungnya
bernama Irak. Orang Irak saat ini juga tidak boleh dikecam karena membenci
orang Arab. Bagaimana mungkin mereka akan mencintai dan membela orang telah
menghancurkan mereka? Bahkan mereka pun mempunyai banyak alasan untuk menolak
dikatakan sebagai orang Arab. Menyesal kenapa dilahirkan sebagai orang Arab.
Masih Arabkah Irak saat ini? Memang Irak adalah anggota Liga
Arab. Tapi hal itu bukan jaminan Irak akan menjaga identitas negaranya sebagai
bangsa Arab. Dari dulu, Irak adalah negeri Arab yang berada di pintu gerbang
Persia. Jika penjaga pintu itu hilang, orang-orang Persia sangat mudah
memasukinya. Orang-orang Persia bahkan akan menjadikan Irak sebagai jalan
menularkan revolusi ‘Islam’ nya ke negeri-negeri Arab. Seandainya tidak ada
perang Irak-Irak sepanjang 8 tahun, tentulah revolusi ‘Islam’ itu sudah menjadi
ideologi negara-negara Arab sejak dari dulu.
Kenapa orang-orang Arab lupa bahwa mereka telah membuang
milyaran Dollar untuk membantu Irak dalam menghadapi Iran? Kenapa mereka tidak
memperhatikan bahwa orang-orang yang mendampingi Amerika dalam menjatuhkan
Saddam adalah partai-partai yang dibina Iran dan tentu akan berkoalisi dengan
Iran? Bagaimana mungkin orang-orang Arab tidak menyadari Iran yang bisa
berkuasa di negara-negara yang jauh seperti Libanon, Suriah dan Yaman, akan
lebih mudah lagi menguasai Irak yang mempunyai banyak kesamaan latar belakang
keagamaan, kedekatan geografis, dan kesamaan sejarahnya?
Mungkinkah orang-orang Syiah di Irak bisa dipercayai
nasionalisme Irak Arabnya hanya karena mereka memiliki KTP negara Arab? Bukankan
seringkali loyalitas ideologi lebih kuat daripada loyalitas nasionalisme? Padahal
para penguasa Arab memang terbiasa membeda-bedakan elemen rakyatnya berdasarkan
ideologi dan kelompok mereka hanya demi kekuasaan? Maka sangat mudah bagi Iran
untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari kelompok Syiah Irak. Mereka menyerahkan
diri begitu saja kepada Iran. Jadi pantaskah bagi orang-orang Arab memaki
pejabat Irak yang lebih condong kepada Iran? Masih pantaskah orang-orang Arab
itu mengharapkan simpati rakyat Irak? Bukankah tentara Amerika masuk Irak lewat
negara Arab? Bukankah orang-orang Arab yang mengundang para penghancur itu?
Rakyat Irak berhak untuk melepaskan status mereka sebagai
bangsa Arab, dan mengganti dengan jubah Persia. Apalagi saat ini menjadi orang
Persia lebih menguntungkan daripada menjadi orang Arab. Negara-negara Arab
masih mengemis perlindungan dari negara-negara asing, membuang-buang aset
negara demi hal sepele itu, pecah dan saling memusuhi sesama mereka,
memberangus setiap ada gerakan perlawanan yang mengancam kekuasaan mereka.
sedang Iran Persia sudah mulai berhasil menyatukan negara-negara berhaluan
Syiah, dan militer mereka sudah mulai menyaingi militer negara-negara Barat.
Jadi sebelum orang-orang Arab menangisi kehilangan Suriah,
Libanon, dan Yaman, tangisilah diri mereka sendiri yang telap melepaskan Irak
dan memberikan begitu saja kepada Iran. Ketahuilah, orang-orang yang telah menjual
Baghdad, tidak akan pernah bisa membeli Damaskus, Beirut, dan Shan’aa. Kenyataan
ini sangat pahit, tapi bisa menjadi obat yang punya keinginan menyembuhkan
dirinya. (klmty/alodunia.com)
Penulis: Faisal Al-Qassem