alodunia.com - Kondisi Indonesia saat ini di masa
pemerintahan Jokowi-JK bisa dikatakan dalam kondisi fitnah yang digambarkan
dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 217, sebagai ‘al fitnatu akbaru minal
qatl”, fitnah adalah persoalan yang jauh lebih besar dan serius dari sebuah
pembunuhan. Fitnah yang dimaksud adalah
kondisi ‘chaos’ yakni kondisi dimana kebenaran dan kebatilan dijungkirbalikkan.
Kebenaran dianggap kebatilan sementara kebatilan dianggap kebenaran.
Para da'i sudah menjalankan tugas dengan baik, namun umara
yakni rezim pemerintahan saat ini malah balik melakukan kriminalisasi pada para
ulama dan da'i. Mereka menjadikan kepolisian sebagai alat untuk melakukan
‘power abuse’. Da’i-da’i yang lurus dikriminalisasikan sementara si terdakwa
penista agama mendapatkan perlindungan yang luar biasa.
Hal itu adalah sebuah makar, namun para ulama dan mujahid dakwah pantang putus
asa karena Allah berjanji akan membalas makar mereka. Tugas ulama dan mujahid
dakwah adalah istiqamah yakni senantiasa memiliki keberanian ( asy syaja'ah),
roja' (harapan) dan al ithmi"nan (ketenangan jiwa). Sebab Allah yang akan membalas makar musuh
Islam dan musuh umat Islam.
Pemerintahan JKW-JK
memperlakukan para ustadz dan badan charitykemanusiaan internasional
seperti teroris atau mensupport ISIS
(Baca: Meluruskan Persepsi tentang Radikalisme dan Terorisme). Oleh karena itu jangan putus asa, sebagaimana
perintah Allah dalam Ali Imran : 200 untuk bersabar dan saling menyabarkan serta
tetap siap-siaga dan bertaqwa untuk memperoleh kemenangan.
Saat ini kita kedatangan tamu istimewa yakni pelayan kedua
tanah suci Haramain yakni Raja Salman bin Abdul Aziz dari Arab Saudi. Kita
membutuhkan bashiroh islamiyah, ketajaman mata hati untuk melihat sesuatu
dengan jernih.
Saya meyakini kedatangan Raja Salman adalah buah
istiqamahnya umat Islam dg aksi bela Islam. ‘It’s just the beginning’, ini
adalah sebuah permulaan dari upaya bangsa dan umat ini keluar dari kondisi
chaos atau fitnah. Aksi bela Islam 411, 212 dan 112 telah menjadi fenomena
dunia, maka kehadiran Raja Salman setelah terakhir Indonesia dikunjungi Raja
Faishal 47 tahun yang lalu yakni tahun 1970 saya yakin lebih karena mereka
melihat militansi umat Islam yg luar biasa.
Padahal sejak era Reformasi sudah 4 Presiden RI yakni Presiden Abdurahman Wahid, Megawati, SBY dan
Jokowi yang melakukan kunjungan ke Arab
Saudi. Sebab sebelumnya memang
pertanyaan yang selalu muncul ke permukaan adalah di mana posisi Indonesia
sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dalam konstelasi
politik Islam Internasional.
Selama era rezim Jokowi-JK, Indonesia nyaris tidak
menunjukkan keberpihakan dan pembelaan pada dunia Islam. Bahkan bisa dibilang tidak memainkan peran
sama sekali dalam konteks perjuangan Islam internasional. Namun kini tiba tiba Indonesia kembali
dianggap penting di dalam konstelasi politik Islam dengan aksi bela Islam
tersebut dan Habib Riziq pun menjadi tokoh yang kemudian dikenal secara global.
Kunjungan Presiden Turki Recep Tajjip Erdogan pada tahun 2016 dan Raja Salman
bin Abdul Aziz pada tahun 2017 adalah bentuk solidaritas dari negara-negara
muslim.
Indonesia saat ini bisa dibilang hampir bangkrut karena
dililit oleh utang ribuan triliun. Bahkan seolah-olah sedang digiring untuk
menjadi salah satu negara koloni China. Mereka meminjamkan uang dengan bunga
yang besar dan berikut tenaga kerja China. Sementara di Indonesia saat ini, ECI
(Etnis China Indonesia) nyaris menguasai hampir keseluruhan aset finansial
Indonesia.
Saat ini dalam konstelasi politik global paling tidak ada
beberapa poros kekuatan di dunia ini yakni AS dengan Israel yang dilindunginya,
Eropa dalam hal ini Uni Eropa, China, Rusia dan Islam (negara-negara Muslim).
Dan Islam sebagai salah satu poros kekuatan politik global saat ini
direpresentasikan oleh Turki-Saudi-Qatar.
Di dalam dunia diplomasi ada sebuah adagium bahwa seribu
teman terlalu sedikit dan satu musuh sudah terlalu banyak. Selain itu dalam dunia politik juga dikenal
sebuah ungkapan bahwa tidak ada teman atau musuh yang abadi, melainkan yang ada
adalah kepentingan yang abadi.
Nampaknya hal tersebut kini diterapkan oleh Turki dan Arab
Saudi dalam hubungan diplomasi dan politik luar negerinya. Dahulu sudah diketahui secara luas bahwa
Saudi Arabia di masa sebelumnya memang bisa dibilang boneka dan sekutu
Amerika. Namun saat ini Amerika justru
sangat membenci pemerintahan raja Salman karena dianggap tidak kooperatif lagi
dengan Amerika alias tidak bisa didikte dan sangat dekat dengan Turki.
Salah satu ciri bahwa Saudi saat ini berubah adalah ketika
Amerika memusuhi Saudi dan kedekatannya dengan Turki. Turki bahkan ingin
memindahkan pangkalan militer NATO yang selama ini ada di Turki.
Bahwa Saudi saat ini dipimpin oleh raja Salman demikian pula Turki dipimpin oleh Erdogan
adalah sebuah berkah dan karunia dari Allah bagi umat Islam di seluruh dunia.
Persoalan umat di negara-negara muslim pun menjadi perhatian utama poros Islam
tersebut sebagaimana disebutkan dalam pidato Raja Salman di Malaysia bahwa
Saudi senantiasa ada di belakang kepentingan umat Islam. Saudi berjanji akan membantu persoalan
negeri-negeri Muslim.
Bahwa kemudian Arab Saudi juga memiliki kepentingan ekonomi
dengan Indonesia dan bersaing berebut pengaruh dengan negara-negara AS dan
China di Indonesia, sesungguhnya itu adalah hal yang wajar. Bayangkan Raja
Salman juga mengagendakan secara khusus untuk bertemua dengan pemimpin-pemimpin
Ormas Islam yakni di antaranya adalah Habib Riziq Syihab dan ulama ulama
lainnya. Bahkan DPR pun mengundang para
ulama tersebut ke DPR untuk mendengarkan pidato Raja Salman.
Saya menganggap hal tersebut adalah sebuah ‘psy war’,
dukungaan nyata karena Ormas-ormas tersebut sedang menghadapi tindakan represif
rezim. Kedatangan Raja Salman dengan
membawa rombongan yang sangat besar dan ‘full team’ serta berikut rencana
melakukan beragam investasi di Indonesia adalah ‘show of force’ bahwa umat
Islam di Indonesia adalah bagian dari umat Islam internasional.
Namun berbagai wacana
‘hate speech’ dan prasangka-prasangka buruk yang dilontarkan terkait kedatangan
raja Salman juga ikut mewarnai pertarungan wacana di social media. Setiap saat
pasti akan selalu ada pertarungan wacana, karena pertarungan antara al haq dan
al bathil adalah sesuatu yg abadi.
Presiden Turki Recep Tajjib Erdogan dalam pidatonya di
Ankara belum lama ini menyerukan agar negara negara Muslim bersatu. Sebab musuh musuh Islam sedang menyerang
dunia Islam dg target utamanya saat ini adalah Saudi dan Turki. Turki terus diguncang dengan ledakan bom-bom,
pemberontakan Kurdi dan upaya kudeta oleh Gulen yang notabene adalah bonekanya
Amerika.
Sementara Saudi menghadapi gugatan dari keluarga korban WTC
11Sept 2001 dengan rencana terbitnya UU anti terorisme oleh Kongres AS.
Undang-undang ini nantinya akan membolehkan keluarga korban menggugat negara
yang dianggap bertanggung jawab pada kasus WTC 11 September 2001 dan negara
yang mereka maksudkan adalah Saudi Arabia sebagai negara asal Usamah bin Ladin.
Jadi kedatangan Raja Salman ke Indonesia adalah bagian dari
strategi bersama poros Turki-Saudi dan Qatar.
Semula poros yang sempat diharapkan leadingadalah poros Kairo- Jakarta-
Istanbul. Namun kudeta terhadap Mursi dan kondisi Indonesia dibawah rezim
Jokowi jelas tidak memungkinkan hal itu terwujud.
Maka poros yang leading di dunia Islam saat ini adalah
Turki- Saudi- Qatar dan kunjungan Raja Salman bin Abdul Aziz ke Indonesia saat
ini adalah pengukuhan akan kepemimpinan poros tersebut di dunia Islam.
Saat ini di Indonesia sangat dikenal isu 9 naga yakni cukong cukong Taipan yang berada di belakang
terdakwa penista agama yakni Ahok demikian pula dengan pejabat-pejabat yang
sudah 'dibeli'. Sementara itu China serta AS masih memainkan peran penting
dalam mengendalikan Indonesia. Maka kedatangan Erdogan sebelumnya dan kini Raja
Salman adalah bagian dari upaya mengimbangi pengaruh kedua negara tsb.
Dunia Islam saat ini yakni negara negara muslim banyak yg
terkooptasi paling tidak dari segi ekonomi dengan besarnya hutang yang
dimiliki. Jeratan ‘rentenir’ tingkat
dunia membuat negara-negara muslim mengalami kesulitan dalam membayar bunga
utangnya saja dan utang pokoknya menjadi tidak kunjung terbayar. Moga moga
rakyat semakin cerdas untuk menghukum pemimpin yg khianat dg tdk memilihnya
lagi.
Saat ini yang perlu kita awasi adalah bagaimana uang
investasi atau pinjamam lunak tanpa bunga dari Arab Saudi saat ini tidak
dikorupsi dan benar benar sampai ke rakyat. Moga-moga investasi besar besaran
yang akan direalisasikan oleh Saudi saat melakukan kunjungan kenegaraan ke
Indonesia saat ini menjadi suntikan darah segar bagi Indonesia.
“Psywar’ dan “Show of Force’ dari Poros Islam melalui kunjungan Raja Salman saat ini merupakan sebuah ‘warning’ bahwa umat Islam di Indonesia juga memiliki ‘backing’ dunia Islam yang dipimpin poros tersebut.
Moga moga saja membuat pemerintahan saat ini mau berpikir,
melakukan introspeksi dan mendengarkan aspirasi mayoritas umat serta bukannya
malah bersikap represif terhadap umat Islam. Kemudian rezim Jokowi-JK saat ini
secara realistis juga harus berpikir untuk membangun aliansi strategis dengan
negara negara muslim.
Memang , ‘it’s just the beginning’ , ini baru sebuah
permulaan ke arah keluarnya Indonesia dari kondisi fitnah, namun tetap harus
disyukuri. Ini baru sebuah permulaan
pengukuhan jejak kepemimpinan poros dunia Islam yang direpresentasikan oleh
Turki-Saudi-Qatar, namun tetap harus disyukuri.
Selamat Datang Raja Salman, seluruh umat dan rakyat
Indonesia menyambut Anda dan rombongan dengan ketulusan dan kegembiraan.
Ini baru sebuah permulaan...
Penulis: Dr. Sitaresmi S Soekanto