alodunia.com – Para pejabat Uni Eropa (EU) menyebut
hubungan Turki-Eropa tidak akan segera pulih begitu dilaksanakan referendum
yang akan menambah luas kewenangan seorang presiden di Turki. Seperti diberitakan
Al-Quds, Selasa (11/4/2017) hari ini.
Dalam kondisi referendum gagal mengamandemen konstitusi
Turki, menurut para pejabat EU, demokrasi dan lembaga peradilan Turki akan berada
dalam bahaya. Erdogan disebut sangat potensial akan melakukan tekanan demi
tekanan kepada para oposisinya.
Mantan duta besar EU di Turki, Marc Pierini, mengatakan, “Tidak
akan ada hasil yang baik. Ada jurang pemisah yang sangat lebar antara para
pemimpin Eropa dan Erdogan. Tidak mudah memperbaikinya.” Menurutnya, Eropa akan
mendiamkan Turki jika referendum akhirnya berhasil mengamandemen konstitusi
Turki.
Turki adalah anggota NATO yang telah memulai langkah
bergabung dengan EU sejak tahun 2005. Turki menjadi sekutu EU paling penting
saat terjadi gelombang jutaan pengungsi dari Suriah dan Irak.
Krisis sudah mulai muncul saat Eropa hambar menyikapi upaya
kudeta yang gagal pada bulan Juli 2016 yang silam. Erdogan menyesali sikap
tersebut mengingat kudeta adalah hal yang sangat bertentangan dengan demokrasi
yang sangat dibanggakan EU. Sementara Eropa terus mengkritik Erdogan yang menggunakan
status darurat pasca upaya kudeta.
Krisis memuncak saat Turki berencana mengadakan kampanye
untuk keberhasilan referendum di beberapa kota Eropa. Belanda, Jerman, dan
beberapa negara menghalangi pelaksanaan kampanye tersebut, sehingga Erdogan menuduh
para pejabat Jerman telah memperlakukan Turki dengan perlakuan Nazisme.
(alquds/alodunia.com)