alodunia.com – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan,
menekankan bahwa dirinya tidak pernah mengenal putus asa. Eropa terus bermimpi
dan berharap besar untuk kejayaan Turki. Keyakinan ini pun tetap dibawanya saat
Erdogan dimasukkan ke dalam penjara, 18 tahun yang silam, hanya karena membaca
sebuah puisi di depan massa.
Hal ini disampaikannya, Senin (11/4/2017) kemarin, saat
diwawancarai sebuah radio lokal. Wawancara terkait pengalaman kehidupan Erdogan
terutama saat-saat dirinya harus mendekam dalam penjara. Apa kondisi
kejiwaannya saat itu.
“Seandainya saja, ada sedikit keputusasaan dalam
kehidupanku, maka tentu aku tidak akan sampai pada poin tempatku berada saat
ini,” demikian Erdogan meyakinkan. Dalam kesempatan itu, Erdogan juga
diperdengarkan rekaman wawancara dengan sebuah stasiun radio sesaat sebelum
dipenjara.
Erdogan beralasan, “Tidak mungkin putus asa menjadi ciri
seorang Muslim. Oleh karena itu, kami tidak ragu-ragu untuk memulai sebuah
partai baru, yaitu Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Tekad kami saat itu
sangat besar. Sama sekali tidak ada rasa letih kalau memang untuk melayani
rakyat. Karena melayani rakyat adalah melayani kebenaran.”
Pada tanggal 12 Desember 1997, Erdogan menjalani persidangan
dalam kasus pembacaan puisi dalam sebuah pidato massa. Setelah beberapa kali
persidangan, akhirnya Erdogan divonis penjara 4 bulan, dan dicopot dari
jabatannya sebagai walikota Istanbul.
Pada tanggal 24 Juli 1999, Erdogan keluar dari penjara, dan
memulai kembali karir politiknya. Pada tanggal 14 Agustus 2001, Erdogan
mendirikan AKP dan menjadi presidennya. (almoslim/alodunia.com)