alodunia.com – Philippe Moreau Defarges, seorang peneliti
politik asal Prancis, akhirnya meminta maaf kepada presiden Turki, Recep Tayyip
Erdogan, karena mengeluarkan pernyataan yang memprovokasi pembunuhan Erdogan.
Defarges menyatakan sangat menyesal karena mengatakan, “Perang
saudara atau membunuh Erdogan adalah dua alternatif yang bisa dilakukan untuk
menghentikan kebuntuan politik di Turki saat ini.”
Melalui akun Twitternya, peneliti di Institut Hubungan
Internasional Prancis (IFRI) ini, menyatakan penyesalannya, dan mengatakan, “Ini
adalah pendapat pribadiku, tidak mewakili IFRI.”
Dalam sebuah program ‘Tujuh Hari di Dunia’, di stasiun BFM
Business, Sabtu (22/4/2017) yang lalu, Defarges membicarakan tentang referendum
amandemen konstitusi Turki pertengahan bulan kemarin. Defarges mengatakan,
“Semua cara konstitusonal untuk menghadang amandemen itu telah tertutup.”
Defarges menambahkan, “Saat ini Turki mengalami kebuntuan.
Hanya tinggal tersisa alternatif perang saudara atau membunuh Erdogan.”
Walaupun host sudah menyela dengan mengatakan, “Kita tidak menghalalkan
pembunuhan,” tapi Defarges terus saja menyerang dan memberikan alasan-alasan
bagi sikapnya. (sabah/alodunia.com)