alodunia.com – Hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
adalah hari bahagia bagi umat Islam. Bersyukur karena telah dilahirkan seorang
nabi yang nantinya akan menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Menghidupkan
hari itu adalah dengan melakukan aktivitas yang bisa menambah kesyukuran
tersebut, dan memperkuat keteladanan Rasulullah saw. pada umatnya.
Di berbagai negeri Islam, Maulid Nabi dilakukan pada tanggal
12 Rabiul Awwal dan hari-hari sebelum atau setelahnya. Hal itu karena sejarawan
menyebutkan pendapat yang paling kuat sebagai hari kelahiran beliau adalah
tanggal tersebut. Walaupun masih ada pendapat-pendapat lainnya yang dinilai
lemah.
Namun berbeda dengan umat Islam di Turki. Mereka menghidupkan
Maulid Nabi bulan berpatok pada kalender Hijriah, tapi pada kalender Masehi. Mungkin
banyak orang langsung terbayang dengan sekularisme Turki yang menentang segala
yang berbau islami dan Arab. Tapu ternyata tidak. Sejarah Maulid Nabi berdasar
kalender Masehi sudah ada sejak sejarah sekularisme di Turki.
Menurut sejarawan Turki, Nizamuddin Oglu, merayakan Maulid
Nabi sesuai dengan kalender Masehi adalah tradisi lama. Sudah ada sejak Raja
Muzhafaruddin At-Turkmeni yang memimpin provinsi Erbil, Irak, sejak runtuhnya
dinasti Seljuk. Perayaan pertama dilakukan pada tahun 1190 M. Tradisi ini terus
dilakukan hingga dinasti Abbasiyah dan Ustmaniyah.
Kemudian pemilihan tanggal 20 April sebagai hari perayaannya
di Turki adalah inisiatif masyarakat Turki, karena memang Rasulullah saw.
dilahirkan bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 M. Kemudian hal itu
disepakati oleh masyarakat Turki dengan segala segmennya, baik Turki, Kurdi,
Arab, dan mazhab-mazhab yang ada. Perayaannya ramai karena 99% rakyat Turki
beragama Islam. (aljazeera/alodunia.com)