alodunia.com – Memang tidak terbukti pemerintah Qatar
benar-benar meminta para pemimpin Gerakan Perlawanan Islam di Palestina (HAMAS)
untuk meninggalkan wilayahnya. Namun sepertinya kondisi yang sangat menyulitkan
Qatar pasca kunjungan Presiden Trump ke Timur Tengah akan menjadikan perginya
mereka sebagai sebuah alternatif yang realistis.
Ini bukanlah kali pertama para pemimpin HAMAS terpaksa harus
meninggalkan sebuah negara. Sebelumnya mereka juga pernah harus meninggalkan
Yordania, lalu Suriah, Mesir, Arab Saudi, dan juga Turki. Alasannya
bermacam-macam, tapi kondisi yang melatarbelakanginya sangat mirip.
Sering dipaksa pergi tidaklah membuat HAMAS kehilangan pijakan.
HAMAS tetap konsisten dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan Masjidil
Aqsha. Sama sekali tidak memcampuri urusan dalam negeri negara-negara lain,
terutama di Timur Tengah.
Banyak sekali upaya tuduhan yang direkayasa untuk
menampilkan HAMAS sebagai sebuah kekuatan jahat. Namun pedoman politik yang
dipegangnya, dan konsistensi pelaksanaannya di alam kenyataan membuat HAMAS
tidak menggeser kompas perjuangannya hanya untuk melawan penjajah Israel di
Palestina.
Seorang peneliti politik Arab, Salahadin Alawawdeh, mempertanyakan
apa sebenarnya keuntungan negara-negara Teluk dengan mengusir HAMAS dari Qatar?
Kalau untuk memperkuat barisan negara Teluk, apakah memang perginya HAMAS akan
bisa memperkuat? Bagaimana logikanya?
Bukankah HAMAS mempunyai basis pendukung moril yang sangat kuat
di dunia Arab dan hampir keseluruhan dunia Islam? Dukungan seperti inilah yang
justru sangat dibutuhkan negara-negara Arab yang sedang mengalami gempa
geopolitik sangat dahsyat selama 6 tahun terakhir. Mendukung HAMAS sebenarnya bisa
menjadi kartu yang menguntungkan untuk itu.
Karena negara-negara Teluk tidak diuntungkan dengan mengusir
HAMAS, maka siapakah sebenarnya yang diuntungkan? Siapa lagi kalau bukan
Israel. Entah kenapa negara-negara Arab bisa memperjuangkan kepentingan Israel
sedemikian rupa hingga rela mengorbankan kepentingan sendiri.
Kalau seandainya HAMAS akhirnya tunduk dan menyerahkan
idealismenya kepada PLO, mau menerima seluruh syarat yang dipaksakannya, apakah
hal ini menguntungkan negara-negara Teluk atau sebaliknya menguntungkan Israel?
Ketika HAMAS kehilangan senjatanya, sementara ekstrem kanan
Yahudi sedang berkuasa, banyak mendirikan pemukiman dan yahudisasi Masjidil
Aqsha, apakah kondisi itu akan memperkuat posisi negara-negara Arab dan
Palestina atau justru memperkuat Israel?
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu, bisa disimpulkan bahwa keinginan
dan usaha mengusir HAMAS dari Qatar benar-benar hanya akan membuang kartu
kekuatan yang saat ini dimiliki negara-negara Arab. Padahal kondisi kawasan
mereka sedang sangat tidak stabil. Badai besar politik dan militer bisa datang
tiba-tiba dan melibas mereka. (palinfo/alodunia.com)