alodunia.com – Dengan suara pelan keletihan tapi masih
mengesankan semangat dan tekad, ibu ini menceritakan perihal putrinya yang
menjadi tawanan perempuan Palestina. Dia masih merindukan putri kesayangannya, Shireen
Tareq Issawi (38 tahun) yang masih mendekam di penjara Israel sejak 3.5 tahun
yang lalu.
Keamanan Israel menangkap Shireen yang merupakan seorang pengacara
pada tanggal 3 Juni 2014. Saat itu, Shireen bersama saudaranya, Midhat, harus
diperiksa karena tuduhan kejahatan berupa memberikan bantuan logistik kepada
gerakan HAMAS.
Shireen dituduh menggunakan kantornya untuk menutupi
aktivitasnya memberikan bantuan kepada sebuah organisasi ‘teroris’. Setelah
diperiksa selama 33 hari, Shireen dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun dan
harus membayar denda. Kantor advokatnya yang bertempat di kota Al-Quds juga
harus ditutup. Tidak hanya itu, surat izin profesi kepengacaraannya juga
dicabut. Sementara saudaranya, Midhat, dijatuhi hukuman penjara selama 8 tahun.
Di penjara, Shireen mendapatkan perlakuan yang sangat buruk.
Pihak penjara akan memberikan hukuman berat tambahan dengan pelanggaran sekecil
apapun yang dilakukan Shireen. Bahkan dia juga mendapatkan siksaan. Terakhir,
Shireen harus mendekam di sel isolasi selama 55 hari berturut-turut.
Beberapa waktu lalu sang ibu bisa menjenguk putrinya di
penjara. Sungguh kaget sang ibu ketika melihat kondisi putrinya yang sangat
kurus dan pucat. Bahkan Shireen pernah tidak diperkenankan ditemui siapapun selama
dua bulan berturut-turut. “Sudah 26 tahun anggota keluarga tidak berkumpul di
rumah,” demikian katanya sedih.
Sementara itu, ayah Shireen, Tareq, mengatakan bahwa Shireen
pernah dua kali masuk sel isolasi untuk beberapa lama antara tahun 2016-2017. Di
sel isolasi, Shireen melakukan aksi mogok makan agar hukuman isolasinya
dihentikan.
Banyak tuduhan yang diarahkan kepad Shireen di penjara. Menurut
Tareq, Shireen pernah dipukuli empat orang sipir bersama kepala sipir dengan
pukulan yang keras. Tubuhnya sampai lecet dan memar.
Menurut penuturan tawanan perempuan lain yang sudah
dibebaskan, setiap kali ada masalah di penjara pasti Shireen yang dijadikan
tersangka. Tanpa ada pemeriksaan dan tanpa melibatkan pengacara setiap tawanan.
Keluarga juga menjadi sasaran pihak keamanan penjajah. Beberapa
kali rumah dimasuki secara paksa dan dirusak. Memang keluarga Issawi adalah
keluarga pejuang. Pada tahun 1994, Fadi Tareq Issawi, mati syahid, saat gejolak
perlawanan rakyat Palestina menyusul terjadinya pembantaian di Masjid Hebron.
Saat itu, saudaranya, Midhat yang sekarang menjalani hukuman
8 tahun, juga ditangkap dan dihukum 3.5 tahun. Anggota keluarga yang lain,
yaitu Shadi, Said, Firas, dan dan juga ditahan dan melakukan aksi mogok makan
terpanjang di penjara Israel. Bahkan saat ini Samir sedang menjalani hukuman
penjata seumur hidup.
Bagi perempuan Palestina, penjara itu juga merupakan
pengasingan. Karena penjara-penjara khusus perempuan terletak di Haifa dan Tel
Aviv, di wilahay Palestina terjajah tahun 1948. Keluarga yang kebanyakan
bertempat tinggal di Tepi Barat sangat kesulitan untuk menjenguk mereka.
(palinfo/alodunia.com)