alodunia.com – Abdul Rahman Al-Sumait adalah nama
yang mungkin tidak banyak orang mengetahuinya. Tapi kiprahnya dalam dunia
dakwah dan amal kemanusiaan sudah sangat besar. Sangat bermanfaat mengenang
kehidupan tokoh seperti Al-Sumait untuk menghidupkan sisi kemanusiaan yang
sudah kian tergerus dalam hati banyak orang saat ini.
Al-Sumait dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1947 di Kuwait.
Keluarga islami menjadi lingkungan yang menumbuhkannya menjadi pribadi yang
shalih. Cita-cita Al-Sumait sejak kecil adalah menjadi dokter. Lamunannya
adalah kondisi masyarakat benua Afrika yang banyak masih menderita dan
membutuhkan bantuan. Al-Sumait memang sangat terpengaruh dengan
bacaan-bacaannya tentang akhlak Rasulullah saw. dan para sahabat mulia.
Pada tahun 1963, Al-Sumait mendaftarkan dirinya di fakultas
kedokteran Universitas Baghdad yang menurut rumor sangat sulit mahasiswa
mendapakan kelulusan. Ternyata Al-Sumait lulus lancar pada tahun 1972. Kemudian
menambah keilmuannya dengan penyakit wilayah panas di Universitas Liverpool,
Inggris. Al-Sumait juga mendalami penyakit dalam dan penyakit pencernaan di
Universitas McGill, Kanada.
Al-Sumait menambah pengalaman kedokterannya dengan bekerja
di berbagai rumah sakit internasional seperti rumah sakit Montreal, rumah sakit
King’s College London, dan rumah sakit Al-Sabah.
Lalu mulai tahun 1983, Al-Sumait mencurahkan fokusnya dalam
amal kemanusiaan di Direct Aid. Al-Sumait lah yang mendirikan, lalu menjadi
sekretaris jenderal, dan terakhir sebagai ketua dewan direksinya hingga tahun
2008.
Melalui lembaga inilah cita-cita kemanusiaan Al-Sumait
terwujud. Apalagi saat istri Amir Kuwait menyumbang untuk membangun masjid di
luar Kuwait. Al-Sumait memilih Malawi yang dilihatnya sangat minim masjid,
sementara gerakan kristenisasi sangat gencar.
Al-Sumait semakin tergerak setelah mengetahui melalui
beberapa hasil riset bahwa pemeluk Kristen mengalami peningkatan pesat di
Tanzania, Malawi, Madagaskar, Sudan Selatan, Niger, dan lainnya. Kristen
menyebar melalui pembangunan sekolah-sekolah. Sehingga kebanyakan targetnya
adalah anak-anak.
Ada satu rahasia kesuksesan Al-Sumait dalam membantu orang lain
saat kelaparan dan bencana, yaitu bahwa membantu mereka bukan hanya kewajiban
lembaga kemanusiaan, tapi kewajiban semua orang sesuai dengan apa yang
dimilikinya. Sehingga yang dilakukan Al-Sumait adalah meyakinkan semua orang
bahwa mereka bisa membantu orang lain, walaupun mungkin hanya sedikit.
Usaha ini mungkin diremehkan banyak orang, tapi ternyata
hasilnya sangat mencengangkan. Al-Sumait berhasil membantu orang yang membutuhkan di 28
negara Afrika. Hasilnya adalah 5.700 masjid, 8600 sumur, 860 sekolah, 4
perguruan tinggi, 204 islamic center, dan melatih 4000 kader dakwah dan guru di
Afrika.
Kehidupan Al-Sumait dan istrinya sangat sederhana. Di sebuah
rumah kecil di Madagaskar. Perjalanan kerjanya kadang sangat berat. Al-Sumait
biasa berjalan kaki di jalan gersang maupun tanah berlumpuh berpuluh-puluh
kilometer. Kadang naik kereta seadanya selama 40 jam dengan perbekalan beberapa
lembar roti kering.
Seringkali bukan uang yang diberikan Al-Sumait kepada orang
yang membutuhkan. Al-Sumait membuka lapangan usaha baru yang bisa memberikan penghasilan
lumayan, seperti membuka warung, penjahitan baju, atau membuat kolam ikan.
Dakwah Islam Al-Sumait sangat sederhana. Kalau mengajak
orang di sebuah perkampungan, Al-Sumait hanya mengatakan, “Allah adalah tuhanku
yang Maha Esa, menciptakanku, dan memberiku rezeki. Dialah yang telah
menghidupkanku dan akan mematikanku.” Hanya dengan kata-kata sederhana itu,
banyak orang terpengaruh hingga kadang menangis. Setelah masuk Islam, biasanya
orang-orang itu akan marah. Kenapa? Karena Islam sangat terlambat datang kepada
mereka.
Ada yang menyebutkan jumlah orang yang masuk Islam melalui
dakwah Al-Sumait mencapai 11 juta orang. Angka ini didapat karena yang masuk
Islam melalui beliau bukan orang perorang tapi suku. Angka ini sepertinya terlalu
berlebihan. Apalagi angka tidaklah terlalu penting bagi Al-Sumait. Yang penting
adalah hidupnya beliau habiskan untuk berjuang, berdakwah, dan menebar kebaikan
kepada semua orang.
Perjuangan Al-Sumait mulai terganggu ketika penyakit
diabetes menyerangnya. Akibatnya, punggung dan kaki Al-Sumait terasa sangat
sakit. Di akhir hidupnya, Al-Sumait juga mengalami pelemahan fungsi ginjalnya,
hingga menghembuskan nafas terakhienya pada tanggal 15 Agustus 2013 yang silam.
Al-Sumait hanyalah satu orang, tapi karyanya seperti karja
satu umat. Keletihan, kesulitan, rasa sakit, rintangan, tidak menghentikannya
berjalan menuju tujuan yang diinginkannya sejak kecil. Beberapa kali Al-Sumait
hampir menjadi korban pembunuhan oleh kelompok-kelompok milisi Afrika
bersenjata. Binatang buas juga tak jarang hampir mencelakainya.
Namun Al-Sumait sudah memutuskan untuk menghabiskan hidupnya
di Afrika. Al-Sumait seakan tidak rela, benua Islam ini menjadi tempat yang
terkenal dengan kelaparan, kemiskinan, penyakit, dan kebodohan.
(abunawaf/alodunia.com)