Kebakaran Masjidil Aqsa dalam Ingatan Imam Besarnya - www.alodunia.com

728x90 AdSpace

Trending

Kebakaran Masjidil Aqsa dalam Ingatan Imam Besarnya

alodunia.com – Imam Besar Masjidil Aqsa, Syakh Ekrima Sabri, masih ingat betul bagaimana api membumbung tinggi dari Masjidil Aqsa, disertai panggilan-panggilan pertolongan dari pengeras suara masjid kepada para warga.

Seperti dituturkannya kepada Aljazeera, Senin (21/8/2017) kemarin, Syaikh Sabri menceritakan, “Saat itu jam menunjukkan pukul 07 pagi, tanggal 21 Agustus 1969. Dari kejauhan kita melihat ada asap yang mengepul dari daerah diletakkannya mimbar di Masjidil Aqsa. Di saat yang sama, pengeras suara tidak henti-hentinya meminta warga untuk datang menyelamatkan Masjidil Aqsa.”

Saat itu, Syaikh Sabri adalah seorang guru di SLTA Islam Masjidil Aqsa. Sekolah ini terletak di dalam masjid. Tapi karena kebakaran terjadi di bulan Agustus, sekolah pun sedang liburan musim panas.

“Kami semua lari menuju Masjidil Aqsa. Laki-laki, perempuan, tua dan muda. Kami semua berjibaku memadamkan api. Suasana saat sungguh mengerikan karena api menjalar ke bagian lain dengan sangat cepatnya,” demikian kisahnya.

Syaikh Sabri menambahkan, api akhirnya bisa dipadamkan dengan peralatan seadanya. Orang-orang berbaris menggilirkan ember berisi air, dari sumber air memanjang hingga ke pusat api.

Syaikh Sabri menggambarkan suasana hati saat itu, “Orang-orang melakukan itu semua dengan perasaan marah. Mereka menggilirkan air dengan terus meneriakkan bacaan takbir dan tahlil. Banyak dari kami yang juga menangis. Ada juga juga yang meneriakkan yel-yel melaknat para penjajah Israel.”

Usaha pemadaman masih dilakukan dengan cara seperti ini sampai akhirnya datang mobil-mobil pemadam kebakaran dari kota Hebron, Betlehem dan Ramallah. Mobil-mobil itu sempat dihalang-halangi oleh militer penjajah Israel.

“Saat mobil pemadam kebakaran sampai, api sudah menjalar hingga bagian timur masjid. Api melumat atap, dinding dan jendelanya. Tak terkecuali mimbar, mihrab, karpet, dan mushaf-mushaf Al-Quran,” keluhnya.

Di hari yang sama, lembaga tertinggi Islam di Palestina langsung melakukan jumpa pers. Kami menuduh Israel yang mendalangi kebakaran tersebut. “Di waktu Ashar, orang-orang membawa sisa-sisa mimbar Shalahudin sambil berdemo melawan penjajah Israel.

Kebakaran terjadi pada hari Kamis. Esoknya, masjid ditutup untuk proses pembersihan, dan tidak dilaksanakan shalat Jumat di dalamnya.

Akhirnya, seorang Israel berkewarganegaraan Australia bernama Michael Rohan diketahui sebagai tersangka yang menyulutkan api di dalam masjid. Penjajah Israel akhirnya menangkap Rohan. Namun, menurut Syaikh Sabri, orang yang sebenarnya melakukan pembakaran tidak cuma satu orang, tapi ada sekelompok orang.

Syaikh Sabri menjelaskan, “Bahan bakar yang digunakan sangat kuat pengaruhnya. Bahan tersebut tidak biasa dijual di pasaran. Tidak ada warga biasa yang memilikinya. Jadi bisa dipastikan mereka mendapatkan bahan untuk membakar itu dari militer, dan pemerintahlah yang merancang pembakaran tersebut. Orang yang melaksanakan aksi juga bukan hanya seorang, tapi sekelompok orang.”

Yang membuktikan bahwa pelaku bukan satu orang, menurut Syaikh Sabri, kebakaran tidak hanya terjadi pada satu titik saja. Walaupun yang mereka incar pertama kali adalah mimbar Shalahuddin yang menjadi simbol pembebasan kota Al-Quds oleh umat Islam.

Beberapa waktu kemudian, penjajah Israel menyatakan bahwa Rohan ternyata memiliki penyakit kejiwaan, sehingga akhirnya dibebaskan lalu dipulangkan ke negaranya, Australia pada tahun 1974. Media kemudian memberitakan Rohan meninggal di Australia pada tahun 1995. (aljazeera/alodunia.com)
Kebakaran Masjidil Aqsa dalam Ingatan Imam Besarnya Reviewed by Alo Dunia on 8/22/2017 Rating: 5 alodunia.com – Imam Besar Masjidil Aqsa, Syakh Ekrima Sabri, masih ingat betul bagaimana api membumbung tinggi dari Masjidil Aqsa, diser...