alodunia.com – Kepolisian penjajah Israel
memperpanjang masa tahanan pemimpin Gerakan Islam di Palestina Terjajah 1948,
Syaikh Raed Salah, tiga hari lagi. Sementara
tuduhan yang dihadapi Syaikh Raed Salah adalah tilawah (membaca) Al-Quran yang
bisa memprovokasi dilakukannya aksi kekerasan.
Menanggapi hal tersebut, Syaikh Raed Salah mengatakan bahwa
penangkapannya hanyalah bagian dari pengejaran terhadap pimpinan politik
Palestina terjajah 1948.
Sebelum menjalani persidangan perpanjangan masa tahannya,
Selasa (15/8/2017) kemarin, Syaikh Raed Salah mengatakan, “Apa yang terjadi
hari ini adalah kelanjutan dari upaya penindasan terhadap warga Arab di Israel.
Ini adalah kriminalisasi politisi yang bisa menggemparkan media sehingga
menutup kasus-kasus yang sedang dihadapi perdana menteri Benjamin Netanyahu.”
Menurut Syaikh Raed Salah, pemeriksaan yang dijalaninya
kemarin berkutat sekitar pengajian-pengajian yang diberikannya di masjid. Hal itu
disebut Israel sebagai bentuk provokasi. Padahal yang disampaikannya dalam
pengajian adalah ayat-ayat Al-Quran.
Dalam persidangan, kepolisian menuduh Syaikh Raed Salah
telah melakukan provokasi dalam upacara penyelenggaraan jenazah di Umm Al-Fahm.
Dalam acara tersebut Syaikh Raed Salah di antaranya membacakan ayat “Janganlah kamu
mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” [Ali Imran: 169].
Sementara tim pembela menyanggah hal tersebut dnegan
mengatakan bahwa hal yang disampaikan Syaikh Raed Salah adalah terkait dengan
ajaran agama yang kebanyakannya berasal dari Al-Quran dan hadits-hadits
Rasulullah saw.
Pasukan khusus Israel, Selasa kemarin, menangkap pemimpin
Gerakan Islam di Palestina Terjajah, Syakh Raed Salah, dari rumahnya di Umm
Al-Fahm. Menurut keterangan sumber informasi terpercaya di Umm Al-Fahm, sebuah
pasukan kepolisian dalam jumlah besar, diperkuat dengan beberapa unit pasukan
khusus, memasuki secara paksa rumah Syaikh Raed Salah.
Menteri keamanan Israel, Gilad Erdan, seperti dilansir
Maarev, mengatakan, “Syaikh Raed adalah seorang provokator, memimpin sebuah
gerakan yang telah dilarang sesuai undang-undang karena memiliki ideologi yang
bertentangan.”
Hal yang sama ditulis oleh menteri permukiman Israel, Yoav
Galant, yang menulis dalam akun Twitternya, “Tempat yang pantas untuk Syaikh
Raed Salah adalah di balik jeruji besi. Kita harus melindungi Israel dari
orang-orang yang menggunakan demokrasi untuk membahayakan Israel dan
penduduknya.”
Penangkapan Syaikh Raed Salah, pemimpin Gerakan Islam di
Palestina Terjajah Tahun 48 ini, menyusul gelombang aksi-aksi menentang
kebijakan Israel menutup Masjidil Aqsa dan memasang pintu detektor logam.
Syaikh Raed diduga berperan di balik gelombang tersebut.
Syaikh Raed Salah sudah berkali-kali ditangkap dan
dipenjara. Bahkan beliau beberapa kali selamat dari upaya pembunuhan oleh
anggota kepolisian. (palinfo/alodunia.com)