alodunia.com – Sufyan tak bisa menyembunyikan
kesedihannya. Ibunda yang ditemani melaksanakan rangkaian manasik haji terjatuh
pingsan karena kelelahan. Tak tahu apa yang harus dilakukannya, dia hanya bisa
melihati jamaah lain berkerumun memberikan pertolongan. Ada yang menyeka
wajahnya dengan air; ada yang mengipasinya; ada yang memijatnya. Tapi Hajjah
Halimah tetap saja bergeming.
Peristiwa menyedihkan itu terjadi pada Hari Raya Idul Adha, Jumat
(1/9/2017) yang lalu di areal Mina, Mekah. Sufyan (33 tahun) adalah putra Hajjah
Halimah (73 tahun) yang berasal dari Aljazair. Dia terpilih di antara
saudara-saudaranya untuk mendampingi ibundanya melaksanakan ibadah haji.
Keluhan ibundanya memang sudah diungkapkan kepadanya sejak
berada di Padang Arafah sehari sebelumnya. Keletihan akibat menunggu kendaraan
yang membawanya ke Muzdalifah benar-benar menguras tenaganya yang memang sudah
cukup renta. Tiga jam habis hanya untuk menunggu bisnya bergerak dari Arafah. Setelah
sampai di Muzdalifah pada pukul 20.30, bis entah berjalan kemana membawa mereka
hingga pukul 09.00 pagi.
Sangat disayangkan, supir yang seharusnya melaksanakan tugas
memudahkan para jamaah dalam melaksanakan ibdahnya dengan nyaman, ternyata
malah membuat mereka kesal dan keletihan. “Nak bis ini telah membuatku letih
sekali,” itu yang terlontar dari lisan Hajjah Halimah kepada anaknya dalam
perjalanan.
Hingga pada pagi harinya, saat bis berhenti di Mina, jamaah
pun berhamburan turun karena sampai di tujuan yang sebenarnya tidak terlalu
jauh dari Mina itu. “Nak, dadaku kok sesak sekali,” Hajjah Halimah mengeluhkan
rasa sakitnya kepada sang putra. Maka dia pun duduk beristirahat sebentar
mengatur nafasnya. Kemudian, seakan memaksakan dirinya, Hajjah Halimah kembali
berjalan menuju pelempara jumrah. Baru 20 meter berjalan, dia pun terjatuh dan
tidak sadarkan diri.
Sufyan menyadari saat itulah kali terakhir dirinya akan melihat
ibu yang sangat dikasihinya itu. Setelah beberapa mobil ambulan lewat akhirnya
ada satu yang siap membawanya ke rumah sakit. Di perjalanan, tim medis terus
berusaha menyelamatkan nyawa Hajjah Halimah, tapi tidak berhasil. Hajjah
Halimah pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dunia menajdi gelap, udara berubah
hampa. Itu yang dirasakan Sufyan saat yakin ibundanya telah tiada.
Kepada media lokal, Sufyan mengenang kebaikan dan jasa
ibunya, “Dia adalah seorang ibu yang sungguh keletihan mendidik tujuh anaknya. Hal
itu karena ayah mereka sudah meninggal dunia. Namun demikian ibu adalah wanita
yang sangat penyabar. Mungkin hal itu disebabkan kedekatannya dengan Al-Quran.”
“Kalau tidak membacanya, Ibu mendengarkan tilawah Al-Quran
sambil memuaskan matanya memandangin Ka’bah melalui siaran langsung dari Mekah.
Itu setiap hari beliau lakukan. Pernah sampai 17 jam sehari Ibu melakukannya. Dia
memang sangat merindukan ibadah haji. Sampai-sampai Ibu pergi umrah sebanyak
lima kali. Hal itu karena sudah sekian lama menunggu, tidak juga mendapat
undian haji. Sepuluh kali undian dilewatkannya dengan kesedihan,” demikian
tutur Sufyan.
Tahun ini, menurut Sufyan, adalah tahun kebahagiaan untuk
ibunya. Nama Hajjah Halimah keluar sebagai yang termasuk berangkat haji. Tapi ada
perkataan ibunya yang dirasakannya aneh. Saat hendak berangkat, Hajjah Halimah
pernah mengatakan kepada Sufyan bahwa beliau akan pergi haji tapi tidak akan
kembali. “Ibu memang sangat ingin dikuburkan jasadnya di Tanah Suci. Ternyata Allah
Taala mengabulkan keinginannya.” (jawahir/alodunia.com)