alodunia.com – Jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi,
keheranan dengan sikap beberapa media Arab Saudi yang menyebut bangsa Muslim
Rohingya sebagai pemberontak separatis. Negara-negara Arab juga disebutnya
sangat dingin dalam menyikapi krisis kemanusiaan yang tengah terjadi di Arakan,
Myanmar, saat ini.
Melalui akun Twitternya, @Jkhashoggi, Sabtu (2/9/2017)
kemarin, Khashoggi mengatakan, “Sikap dingin terhadap penderitaan bangsa
Rohingya ini sangat aneh. Apalagi beberapa media mengadopsi pernyataan rezim rasis
Myanmar. Arab Saudi adalah pemimpin dunia Islam. Seharusnya Rohingya menjadi
permasalahan besarnya.”
Media Saudi yang terbit dari London, ASharq Al-Awsat, bahkan
menyebut Muslim Rohingya sebagai teroris. Sama dengan pernyataan panglima
angkatan bersenjata Myanmar bahwa sampai tanggal 30 Agustus lalu, sejumlah
teroris Rohingya telah melakukan 52 serangan teror terhadap pasukan keamanan. Sehingga
diakui matinya 370 orang yang merupakan teroris, dan 9 orang lainnya ditawan.
ASharq Al-Awsat juga menimpakan kesalahan kepada Muslim
Rohingya dengan mengatakan, “Gelombang kekerasan terakhir bermula dari serangan
hari Jumat terhadap 30 pos polisi yang dilakukan oleh gerakan pemberontakan
bernama Pasukan Penyelamat Rohingya Arakan.
Surat kabar Saudi, Okaz, juga menyebutkan Muslim Rohingya
yang menjadi korban pembantaian paling bengis pada masa ini sebagai gerakan
pemberontak. Hal itu disebutkan dalam beritanya berjudul 71 Orang Korban
Serangan Pemberontak Rohingya di Myanmar. Bahkan juga menukil pernyataan
panglima angkatan bersenjata Myanmar, Min Aung Hlaing, “Militer dan kepolisian
Myanmar sedang berperang melawan teoris Bangladesh.”
Padahal di waktu yang sama, media Inggris, The Independent
dan Daily Telegraph memberitakan pernyataan organisasi kemanusiaan yang
menyampaikan kesaksian mereka yang selamat, “Telah terjadi penangkapan,
penyembelihan terhadap anak-anak, dan membakar mereka hidup-hidup di
gubuk-gubuk bambu.”
The Independent juga menyebutkan adanya sekitar 60 ribu
pengungsi Rohingya yang menyelamatkan diri dari Myanmar ke Bangladesh dalam
sepekan terakhir setelah militer melakukan pembantaian besar-besaran. Sementara
para pengamat menyatakan jumlah mereka mungkin jauh lebih besar lagi.
Daily Telegraph juga menyebutkan besarnya kekhawatiran telah
terjadinya kejahatan kemanusiaan terhadap minoritas Rohingya. Hal itu karena
banyaknya laporan saksi mata tentang pemeenggalan leher anak-anak dan
sebagainya. Saksi juga menyebutkan, sekitar 300 orang dimasukkan ke dalam rumah
bambu, lalu dibakar hidup-hidup. (thenewkhalij/alodunia.com)