alodunia.com – Direktur Gerakan Reformasi Islam
(MIR), Sa'ad Al-Faqih, Kamis (28/9/2017) hari ini, menyebut titah Raja Salman
bin Abdulaziz membolehkan kaum wanita menyetir kendaraan sebagai sebuah ujian
yang bisa mengungkap siapa benar-benar ulama, dan siapa ulama penguasa.
Lebih lanjut, melalui akun Twitternya, tokoh vokal dari Arab
Saudi (KSA) ini mengatakan, “Titah Raja ini telah mengungkap siapa sebenarnya
mufti dan ulama penguasa. Mereka membalikkan sikapnya dari mengharamkan wanita
menyetir kendaraan menjadi membolehkan. Dulu mengharamkan karena mafsadah yang
besar; sekarang membolehkan karena mashlahat besar yang dipandang Raja.”
Menurutnya, titah Raja ini telah membebaskan rakyat KSA dari
media Barat yang selalu mengganggu dengan artikel-artikelnya. Hal pertama yang
dikritik saat membicarakan KSA adalah tentang larangan kaum wanita menyetir
kendaraan. Jarang sekali disebutkan tentang korupsi, kezaliman,
otoritarianisme, dan sebagainya.
Titah Raja ini seharusnya membuat istana merasa malu. Banyak
pangeran yang sekarang harus menelan ludah sendiri. Misalnya yang dikatakan
Nayif bin Abdulaziz, “Kaum wanita hanya akan menyetir kendaraan jika sudah
tidak ada lagi kaum laki-laki.”
Para ulama, menurutnya, juga hendaknya tersadar. Dulu mereka
berkeyakinan bahwa pelarangan kaum wanita menyetir kendaraan adalah benteng
terakhir bagi moral rakyat. “Mereka harus bangkit dari sikap lugu. Mereka harus
tahu apa prioritas dalam agama, termasuk di dalamnya kezaliman para penguasa,”
demikian katanya.
Tidak hanya ulama, Al-Faqih juga memperingatkan
lembaga-lembaga keagamaan yang selalu sama mendukung penguasa, dan
menyatakannya sebagai sikap syariah, “Aku berdoa semoga titah Raja ini juga
berdampak pada lembaga-lembaga munafik yang mengatasnamakan agama. Semoga kredibilitas
mereka hancur, sehingga penguasa tidak lagi bisa mengeksploitasi agama untuk
kepentingan kekuasaan mereka.”
Situs-situs media sosial ramai membicarakan para ulama pendukung
titah Raja sebagai ulama munafik, penabuh gendang, dan mudah mengubah sikap. Hal
itu karena para ulama tersebut dulunya adalah penentang keras dibolehkannya kaum
wanita menyetir kendaraan, dan sekarang mereka membela mati-matian pembolehannya.
(thenewkhalij/alodunia.com)