alodunia.com – 49 tahun yang lalu, terjadi sebuah
peristiwa yang sangat besar bagi rakyat Palestina dan umat Islam seluruh dunia.
Saat itu Masjidil Aqsa dibakar oleh seorang beragama Kristen berasal dari
Australia, Denis Michael Rohan. Rohan berkonspirasi dengan penjajah Israel
hingga akhirnya berhasil membakar Masjidil Haram, situs yang sangat disucikan
umat Islam seluruh dunia.
Peristiwa pembakaran ini adalah bahaya paling besar yang
pernah dialami oleh Masjidil Aqsa dalam sejarahnya. Namun dalam rangka
memperingatinya, Institusi International Al-Quds (QII), menyatakan bahwa apa
yang sedang terjadi saat ini lebih membahayakan daripada peristiwa 49 tahun
yang silam. “Peristiwa dulu hanya bersifat materi, bisa terlihat dengan nyata. Sebuah
kebakaran yang terlihat jilatan apinya ke angkasa, dan hampir melahap seluruh
bagian masjid.”
Keterangan QII menambahkan, “Aksi-aksi yang membahayakan Al-Aqsa
saat ini terjadi bukan disebabkan karena semakin formalnya keyakinan pemerintah
penjajah tentang Kuil Solomon yang konon dibangun di bawah Masjidil Aqsa. Tapi lebih
karena sikap diam dari negara-negara Arab dan dunia Islam, yang terlihat dalam
politik netraliaasi hubungan dengan penjajah. Beberapa negara Islam berusaha
mengejar “Perdamaian Ekonomi” yang sebenarnya bukan sesuatu yang pasti. Yang sudah
pasti adalah hilangnya sikap tegas ketika ada hal membahayakan dialami oleh
Masjidil Aqsa.”
Hal lain yang memperparah kondisi adalah terpilihnya Donald
Trump menjadi presiden Amerika, lalu memilih timnya untuk melanjutkan upaya penyelesaian
konflik Palestina. Sikap Amerika sangat jelas menunjukkan dukungan kepada
Israel, dan membelanya dalam even-even internasional.
QII menjelaskan bahwa aksi terhadap Al-Aqsa terus meningkat.
Bahkan pada tahun 2017 telah meningkat sebanyak 75% jika dibandingkan dengan
tahun 2009. Lembaga kepolisian dan juga Departemen Keamanan penjajah bahkan
mengeluarkan kebijakan yang melonggarkan aturan bagi orang-orang Yahudi untuk
melakukan kejahatan mereka di Masjidil Aqsa. (palinfo/alodunia.com)